Senin, 09 Agustus 2010

IPTEK DALAM WEDA

IPTEK DALAM WEDA
Bacalah rubrik ini dengan seksama dan anda akan terkagum-kagum oleh Maha Besarnya Weda. Bacaan ini saya dapatkan dari I Wayan Suja. Ini literatur dari seorang pemikir yang sebaiknya kalian semua tahu.
Menurut Albert Einsten, agama masa depan adalah agama alam semesta. Agama yang menghindari dogma dan teologi. Berlaku secara alamiah dan bathiniah, serta berdasarkan pengertian agama yang muncul karena berbagai pengalaman, baik fisik maupun spiritual, dan merupakan satu kesatuan yang sangat berarti.
Alam sebagai satu-kesatuan terdiri atas Bhuta-kala yang meliputi bhuta (ruang,materi), serta kala (waktu,energi). Interaksi antara keduanya menyebabkan alam (baik buana agung maupun buana alit) tidak bersifat kekal, tetapi senantiasa mengalami perubahan, karena hanya perubahanlah yang kekal. Materi (bhuta) berubah karena ulah sang kala. Lalu adakah aturan untuk semuanya ini?
Alam diciptakan-Nya sebagai suatu paket yang lengkap dengan komposisi, struktur dan hukumnya. Segala gerak alam diatur dengan hukum alam RTA, sedangkan tingkah laku manusia diatur dengan dharma. Akan tetapi, mengingat manusia merupakan bagian dari alam, maka secara langsung mereka juga dibelenggu oleh hukum alam. Hukum alam ini kemudian menurut Darwin memaparkan bahwa siapa yang kuat (bertahan) dialah yang akan menang. Hukum alam ini bersifat mengatur gerak makrokosmos dan mikrokosmos dari tingkat mikro hingga makro. Benda-benda langit beredar dalam lintasannya menurut RTA. Demikian pula gerakan-gerakan elektron di sekeliling inti. Hukum alam bersifat rahasia yang mesti disingkap dengan kemampuan akal budhi (idep) manusia. Selanjutnya RTA berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science.
Petualangan manusia dalam dunia sains berawal dari keragu-raguan dan berakhir dengan kepercayaan akan adanya ketidakpastian. Sebaliknya, penyerahan diri pada dharma, secara umum dikenal sebagai ajaran agama. Hal ini bermula dari kepercayaan dan mencapai puncaknya pada tingkat keyakinan dan kepasrahan. Dengan demikian, sains dan agama menurut perspektif Hindu bukanlah sesuatu yang bertentangan, tetapi perlu dipadukan untuk suatu inovasi yang lebih baik. Jika ajaran agama dianggap sebagai filsafat hidup, sementara filsafat merupakan induk bagi pengetahuan, apakah layak jika anak dan induknya dipertentangkan?
Memperoleh kebenaran ilmiah, pengetahuan modern memakai langkah-langkah baku yang dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam ajaran agama hindu dikenal dalam falsafat Samkhya, langkah-langkah itu disebut Tri Premana. Tri Premana merupakan metode ilmiah dalam Hindu. Jika hidup dipandang sebagai sebuah eksperimen (menyitir pendapat Mahatma Gandhi), maka Tri Prmana adalah landasannya. Eksperimen bermula dari adanya problema yang perlu dipecahkan. Pemecahan masalah dilakukan dengan pengamatan atas gejala-gejala yang timbul (Anumana Premana), mengumpulkan keterangan-keterangan dari sumber tertulis atau pengalaman (Agama Premana), serta dibuktikan dengan pengamatan langsung (Praktyasa Premana). Pengetahuan kebenaran yang telah berhasil disingkap harus disampaikan kepada orang lain dan tidak boleh dikuasai sendiri. Hal ini disebabkan pengetahuan bersifat mengalir (Saraswati), bagaikan siklus air (Banyu Pinaruh) dalam kerangka Tri Pramana. Sungguhlah berdosa jika sampai kita memiliki ilmu pengetahuan itu sendiri tapi hanya kita kuasai sendiri. Agar kita tidak serakah terhadap ilmu, maka ada baiknya kita mengingat amanat kitab suci WEDA. Seperti nyala api, pengetahuan dan keterampilan hendaknya disebarluaskan kepada yang lainnya (Rgveda 1.12.6). Dan dalam Bhagawadgita disebutkan persembahan berupa ilmu pengetahuan lebih bermutu daripada persembahan materi ; dalam keseluruhannya semua kerja ini berpusat pada ilmu pengetahuan ( Bhagawadgita IV.33)

1 komentar:

  1. informasinya kurang banyak sebenarnya masih banyak lagi informasi yang menyebutkan tentang kekeyaan weda berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi:• ILMU PERKAPALAN, DIRGANTARA DAN UFO DALAM SASTRA WEDA
    Srirahayu Puspawati*

    Pada abad ke 19 lalu yaitu pada tahun 1895, delapan tahun sebelum pesawat terbang Amerika pertama di uji cobakan di Kitty howk, North Carolina, seorang sastrawan sansekerta India bernama Shivkar Bapuji Talpade dan istrinya menerbangkan pesawat buatan mereka di Chowpatty beach Mumbai.
    Para penganut Weda di jaman dahulu telah menjelajahi angkasa dengan menggunakan kendaraan sejenis pesawat. Tidak hanya sekedar menjelajah akan tetapi mereka juga berperang menggunakan pesawat tempur dalam usaha menguasai angkasa.hal ini menunjukkan bahwa mereka telah menguasai tehnologi yang berkaitan dengan penerbangan termasuk strata, arus atmosfir, tempetur relatif, kelembaban udara, grafitasi dan lain-lain
    Rig Weda, dokumen tertua dalam sejarah pustaka manusia berisikan referensi tentang jenis-jenis kendaraan sebagai berikut: Jalayan yaitu kendaraan yang dapat bergerak di udara dan air (Rig Weda 6.58.3), Kaara,kendaraan yang dapat bergerak di darat dan air (Rig Weda 9.14.1), Tritala, kendaraan bertingkat tiga (Rig Weda 3.14.1), Trichakra Raatha, kendaraan beroda tiga yang bergerak di udara (Rig Weda 4.36.1), Vaayu Raatha, kendaraan yang menggunakan tenaga gas (Rig Weda 5.41.6), Vidyut Raatha,kendaraan yang menggunakan tenaga listrik (Rig Weda3.14.1)

    SASTRA-SASTRA LAIN SELAIN SRUTI

    1.Agastya Samhita

    Menjelaskan tentang dua jenis pesawat terbang sederhana, yang pertama adalah chatra (paying terbang) atau balon terbang menggunakan gas hydrogen. Proses ekstraksi gas hydrogen dari air dijelaskan secara detail termasuk menggunakan tenaga listrik. Ini disebut sebagai pesawat primitif dan sederhana hanya digunakan untuk melarikan diri saat terkepung oleh musuh. Pesawat in dinamai “Agniyana”.yang kedua adalah sejenis parasut Yng dapat dibuka dan ditutup dengan menggunakan tali.

    BalasHapus