Ada yang menanyakan bentuk/ gambar simbol Ongkara di India dengan di Bali kok beda? Padahal sama-sama Hindu. Tentang simbol Ongkara di India saya belum temukan sumber sastranya, mungkin bapak Dr. I Made Titib atau bapak Drs. Ketut Wiana yang bisa menjawab. Tentang bentuk Ongkara di Bali saya dapat jelaskan (sumber: Lontar Krakah Modre Aji Griguh) sebagai berikut:
- Jenis-jenis Ongkara ada 5 yaitu: Ongkara Gni, Ongkara Sabdha, Ongkara Mrta, Ongkara Pasah dan Ongkara Adu-muka. Penggunaan berbagai jenis Ongkara ini dalam rerajahan sarana upakara pada upacara Panca Yadnya dimaksudkan untuk mendapat kekuatan magis yang dibutuhkan dalam melancarkan serta mencapai tujuan upacara.
1 Ongkara Gni 2 Ongkara Sabdha 3 Ongkara Mrta 4 Ongkara Pasah 5 Ongkara Adu Muka
- Unsur-unsur Ongkara ada 5 yaitu: 1) Nada, 2) Windu, 3) Arda Candra, 4) Angka telu (versi Bali), 5) Tarung. Semuanya melambangkan Panca Mahabutha, unsur-unsur sakti Hyang Widhi, yaitu: Nada = Bayu, angin, bintang; Windu = Teja, api, surya/ matahari; Arda Candra = Apah, air, bulan; Angka telu = Akasa, langit, ether; Tarung = Pertiwi, bumi, tanah.
ONGKARA
Unsur-unsur Panca Mahabutha di alam raya itu dinamakan Bhuwana Agung. Panca Mahabutha ada juga dalam tubuh manusia:
- Daging dan tulang adalah unsur Pertiwi
- Darah, air seni, air kelenjar (ludah, dll) adalah unsur Apah
- Panas badan dan sinar mata adalah unsur Teja
- Paru-paru adalah unsur Bayu
- Urat syaraf, rambut, kuku, dan 9 buah lobang dalam tubuh: 2 lobang telinga, 2 lobang mata, 2 lobang hidung, 1 lobang mulut, 1 lobang dubur, dan 1 lobang kelamin, adalah unsur Akasa.
Unsur-unsur Panca Mahabutha dalam tubuh manusia disebut sebagi Bhuwana Alit. Dalam kaitan inilah upacara Pitra Yadnya dilakukan ketika manusia meninggal dunia di mana dengan upacara ngaben (ngapen=ngapiin), unsur-unsur Panca Mahabutha dalam tubuh manusia (Bhuwana Alit) dikembalikan/ disatukan ke Panca Mahabutha di alam semesta (Bhuwana Agung). - Kesimpulan: Simbol Ongkara adalah simbol ke Maha Kuasaan Hyang Widhi.
- Simbol Ongkara di Bali pertama kali dikembangkan oleh Maha-Rsi: Ida Bhatara Mpu Kuturan sekitar abad ke11 M, ditulis dalam naskah beliau yang bernama "Tutur Kuturan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar